Pages

Sunday 2 July 2017

To Be An Activist Is A Fate

Gue agak sedih malam ini. Masih agak ya, karena atas segala karunia yang Allah beri ke gue sampe detik ini, gue gak punya alasan berlarut dalam kesedihan. Gue udah lama nyemplung di organisasi. Sibuk sana sini, rapat siang malam, sampe akhirnya gue jabat jadi ketua Wihdah, organisasi induk khusus menaungi mahasiswi Indonesia di Mesir. 

Kompleksitas drama organisasi udah gue telen semua. Dari semua yang gue lalui, gue sih ngerasa sudah mulai terbiasa dihadapkan hantaman, ujian, bahkan klimaks dari sebuah organisasi di mana gue udah ngerasa mabok berat dan rasanya cuma pengen liat awan dan laut biar sekalian muntah!

Meski begitu, gue bahagia! Kayanya emang gue terlahir sebagai seorang aktivis. Penggerak. Ke mana arah dan bentuknya, gue yang nentuin. Bakatnya udah dari sono. Gue gaa pernah nyesal mempertanyakan kenapa gue jadi aktivis. Bagi gue, to be an activist is a fate! Kudu disyukuri biar memberi feedback positif. 

Back lagi ke topik pertama yang kita bahas, gue agak sedih malam ini. Gue lagi dihadapkan suatu permasalahan yang bagi gue itu baru. Pasalnya begini, biasanya gue berhadapan sama orang itu-itu aja. Lembaga itu-itu aja. Lingkarannya ya itu aja. Jadi muter kemana-mana yaa ketemunya orang yang sama. 

Ibarat sudah lama muter di lingkaran yang sama, gue harus pindah tempat. Entah itu ke lingkaran lebih luas, atau minimal ke lingkaran tetangga. Well , sekarang gue kejebak sebuah kompleksitas drama organisasi di lingkaran yang baru. Lebih luas, lebih besar, lebih menantang. 

One side , gue exicited banget! Pasti banyak pengalaman yang bisa diambil. But in another side, gue bingung bersikap. Sikap gue ini , benar atau salah ya? Bijak atau gaa? selfish atau malah terlalu merendahkan diri? 
Gue jadi bingung, dilematis memilih untuk mempertimbangkan profesionalitas atau fokus pada realitas sambil berharap, "Nanti juga akan membaik sendiri!" 

Berproses memang penting. Kita semua kudu menghargai proses kalau pengen sukses. Tapi juga memperhatikan hal lain. Misal strategi yang kuat dan terukur. Gue jadi ngeri sendiri ngebayangin, gimana kehidupan di Indonesia. Pantes aja ada slogan "lambat disikat". "Lo lambat, Lo tamat!" Kompetisinya main banget!

Dalam skala yang masih tergolong kecil ini aja, gue udah kelabakan. Gimana yang lebih besar? Semoga keputusan gue untuk meminta agar ditinjau kembali ini adalah benar. Gue kalau ngerasa ada yang ga beres dari cara main sebuah organisasi, gue akan blak blakan bilang! Dan gue ga suka kalau ketidakberesan ini dipelihara! Pilihannya sederhana, "Bereskan! atau Lo jaga tapi gue hengkang!"

Hati kecil gue sih ngerasa bersalah ngomong gitu. Tapi gue rasa, semakin luas Lo bersosialisasi, Lo kudu punya prinsip hidup yang kuat. Jangan mau terombang ambing. Selain itu, tetap memperhitungkan setiap chance ,  possibility, dan challenge nya. Objektif dan terukur!

Kehidupan di luar itu ganas, Gaes! Tapi lebih ganas lagi kalau Lo punya hati yang susah memaafkan orang lain. Intinya, no matter apa yang terjadi, tetap saling memaafkan! Sepakat? :) 

Gitu aja dari gue, sekali lagi, gue gaa pernah berhenti bersyukur. Bagi gue, to be an activist is a fate!  Selamat berkegiatan! :)

0 comments:

Post a Comment