Pages

Sunday 25 September 2016

Duduk Sejajar dalam Belajar, Berdiri Sama Tinggi dalam Organisasi


Al Azhar, piramida dan padang pasir. 3 hal yang terbayang pertama kali sebelum menginjakkan kaki di Negeri Seribu Menara, Mesir. Sebuah harapan besar sudah dipupuk subur jauh sebelum burung besi membawa raga menyentuh cita agar tidak hanya sekedar ekspektasi belaka. Benar adanya saat dikatakan, Mesir adalah negara peradaban. Darinya lahir jutaan peradaban sejak ribuan tahun sebelum masehi, seperti piramida yang menjadi bukti sejarah bahwa dahulu kala seorang Raja pernah binasa karena kekejaman dan ketamakannya.

Tak terkecuali keberadaan al-Azhar yang dijadikan kiblat ilmu agama oleh sebagian besar masyarakat muslim di dunia. Sejak munculnya komunitas pertama Indonesia di Mesir pada tahun 1850 , mereka tidak hanya mengkaji ilmu agama saja, namun turut aktif menciptakan pergerakan baik dalam membangun hubungan kepada pemerintah Mesir, membuat majalah Indonesia pertama[1] dan bersatu dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia agar diakui oleh dunia khususnya Timur Tengah.
hanya ilustrasi

Sejarah telah mengamini bahwa pelajar Indonesia di Mesir berada dalam lingkaran pergerakan yang memiliki dua titik fokus utama, yaitu belajar agama dan berorganisasi. Meski telah terjadi pergeseran zaman hampir satu setengah abad lamanya, dua hal ini masih tertanam dalam sanubari mereka. Pergerakan tersebut semakin bervariasi bentuknya, dari komunitas, himpunan hingga akhirnya menjadi sebuah persatuan yang sekarang dikenal dengan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia ( PPMI ) Mesir.

Al-Azhar sendiri mempunyai ciri khas unik, yaitu sebuah proses belajar mengajar yang tidak terikat dalam catatan buku absen kehadiran. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para muridnya dalam menggali ilmu agama di salah satu universitas islam tertua di dunia ini, khususnya bagi para pelajar Indonesia. Ibarat berjalan di sebuah lingkaran yang memiliki dua titik fokus utama, jika terlalu fokus pada satu titik ( organisasi ), maka titik lainnya ( belajar ) akan lengah, lebih lagi saat titik tersebut tidak memiliki tanda jelas untuk mengharuskannya berhenti. Pertanyaannya adalah, bagaimana caranya agar bisa menyeimbang dua fokus tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bahkan perlu untuk dituliskan dengan ukuran huruf besar di buku catatan harian para pelajar, yaitu :

Pertama    : Tajdid niat
Tajdid niat merupakan sebuah usaha memperbaharui niat sebelum kembali menapaki aktifitas keseharian. Kurangnya kesadaran atas urgensi niat dalam beraktifitas kadang menjadi bumerang kegagalan dalam kehidupan. Oleh karenanya, penting bagi pelajar untuk memperbaharui niat awal kedatangannya ke Mesir, yaitu menuntut ilmu.

Usaha lain seperti mengingat bahwa ada amanah besar yang dititipkan orang tua saat kita meninggalkan bumi pertiwi. Sebuah harapan besar agar sekembalinya dari sini ( read : Mesir ), ada buah manis yang bisa dipetik.

Kedua       : Belajar mengatur waktu
Hal yang sering kali menjadi penghambat kesuksesan adalah ketidakpiawaian dalam mengatur waktu seperti kapan harus belajar, kapan berogranisasi, kapan waktu santai dengan teman dan kapan harus beristirahat. Tanpa kita sadari, organisasi adalah wadah untuk melatih kita dalam hal tersebut. Yang perlu diingat adalah organisasi sejatinya bukan penghambat dalam belajar, ia merupakan sebuah kendaraan mencapai kesuksesan yang lebih besar di masa akan datang, dengan syarat yaitu mampu mengatur waktu.

Ketiga       : Biasakan menghadiri kelas
Sebagian besar orang beranggapan bahwa kuliah bukanlah hal yang penting. Asal bisa mengikuti ujian, bimbingan belajar bersama sesama pelajar, lulus, selesai. Dibalik itu semua, masih banyak yang tidak menyadari bahwa menghadiri kelas di kampus adalah salah satu kunci kelulusan. Bahkan penulis berani katakan 50% faktor meraih mumtaz ditentukan dengannya. Namun semuanya butuh pembiasaan karena aktifitas yang senantiasa dilakukan akan menjadi sebuah rutinitas. Oleh karenanya, meski absen dari kelas tidak akan menganggu status sebagai pelajar resmi di al-Azhar, membiasakan hadir dan bertatap muka dengan para dosen di kampus akan menambah keberkahan dalam perjalanan menuntut ilmu di perantauan ini.

Keempat     : Sadar prioritas
Dalam perjalanannya, tentu akan banyak ditemukan hambatan serta rintangan semisal saat kebutuhan organisasi terbentur dengan waktu kuliah, aktifitas organisasi yang menjamur sehingga menyita jatah waktu belajar dan lain sebagainya. Penting kiranya agar pelajar menyadari mana prioritas utama selama keberadaannya di Mesir. Meski menurut hemat penulis, menuntut ilmu tetap merupakan sebuah prioritas dibanding berorganisasi, dengan tetap meyakini bahwa dengan berorganisasi pelajar akan semakin dapat  memperkaya pengalaman, menempa diri, membentuk karakter dan menguasai skill komunikasi yang baik agar dapat menyampaikan ilmu yang dimiliki dengan cara yang baik pula.

4 hal diatas hanyalah beberapa contoh yang patut diperhatikan oleh para perantau di Negara serba cokelat ini untuk menyeimbangkan kebutuhan belajar dan beroganisasi. Oleh karenanya, belajar dari sejarah dan manajemen kehidupan yang baik akan membantu kita untuk semakin memahami bagaimana cara agar dapat duduk sejajar saat belajar dan berdiri sama tinggi saat berorganisasi.

 “Sesungguhnya keberkahan itu berserakan di Mesir. Kalian yang menentukan, akankah pergi mencari atau hanya berdiam diri.” –penulis-

Cat : artikel ini dibuat untuk modul ormaba PPMI 2016


[1] Majalah pertama yang dibuat oleh para pelajar Indonesia di Mesir bernama Seruan Azhar. Majalah tersebut terbit pertama kali pada bulan Oktober 1925 dengan Raden Fathurraman sebagai direktur. 

Sunday 18 September 2016

Mari, memanusiakan rasa malas!

Ada beda pada kata malas dan tidak suka. Ketiadaan dua rasa ini dalam kehidupan manusia ibarat sebuah kenistaan. Manusiawi jika saya mengatakan, kita terlahir bersama dua rasa ini. Tentu saja masih banyak rasa lain, seperti rasa manis semburat pelangi usai hujan guntur menyapa langit. Namun kita hanya akan berbincang soal malas dan tidak suka. Dua rasa yang kerap  melanda manusia. Setiap hari. Di seluruh dunia.

Pernah saya ditanya seorang junior, “Bagaimana cara kakak mengatasi rasa malas?”

Untuk sejenak saya mencoba mencerna pertanyaan yang cukup menohok itu. Bagi saya, untuk menjawab pertanyaan tersebut saya butuh menelaah sebuah pertanyaan baru,

“Benarkah saya sudah berhasil menaklukkan malas?”

Namun nampaknya, sang junior menganggap saya sudah berhasil. Lalu saya mencoba memberi jawaban dengan menjelaskan peran malas dalam kehidupan saya.


Seperti yang saya sebutkan di awal. Rasa malas lahir bersama tangisan pertama seorang bayi ke dunia. Namun ia masih terasa samar. Seperti tepung tercampur air, masih bisa kita bentuk besar, kecil, atau malah belum terasa sama sekali. Dalam kehidupan saya, malas saya anggap seperti iman seseorang. Naik turun. Pasang surut. Kadang saya malas dan kadang saya rajin. 

Segala usaha tentu dikerahkan agar bisa kembali memenjarakan rasa malas ini. Dengan mengingat peran orang tua, keluarga, amanah dan tanggung jawab yang dititipkan oleh warga kampung bahkan tidak jarang untuk benar-benar memenjarakannya, butuh yang namanya hijrah (mengungsi ke rumah teman terdekat agar tertular semangat dan rajinnya)

Sekali lagi saya katakan, malas itu manusiawi. Saya memiliki satu prinsip kuat yang saya tanamkan dalam benak saat harus beradu batin dengan malas. 

"Malas itu boleh, asal jangan malas-malasan!"
Artinya? ya, sesekali kita boleh lah memanjakan malas. Beristirahat dari segala aktifitas monoton setiap harinya. Bersantai sejenak. Mengambang bersama ketidakjelasan. Lagi lagi yang perlu diingat adalah, jangan malas-malasan!

Malas adalah suatu sifat alami yang kadang terjadi dalam diri seseorang. Sedang malas-malasan adalah suatu sifat yang dimanjakan, dibiasakan. dilakukan berulang kali dalam rentang waktu yang lama sehingga menjadikannya sebuah kebiasaan. Coba saja tanamkah hal ini dalam benak kita. Setiap kali malas menyapa, sambutlah! Asal jangan malas-malasan! Mungkin ini akan menjadi salah satu cara memanusiakan rasa malas. 



Tuesday 26 January 2016

Imtihan Azhar Usai, Liburan? Mau Ngapain?

look at this crazy picture. XD
Ujian di Azhar punya keunikan sendiri. Belajarnya mati-matian, ibadah ditingkatkan gak ketulungan, doa-doa dilangitkan, kalau sudah masuk masa ujian tidak sedikit yang tiba-tiba menghilang dari peredaran dunia maya. Jadi gak heran, perasaan bahagia narapidana yang baru bebas setelah puluhan tahun di penjara masih kalah bahagia sama perasaan para Azhary yang baru usai ujian. 

Cat : Mari sama-sama berdoa semoga Masisir semua diberi kenajahan dengan nilai yang memuaskan. Amin ya rabbal 'alamin

Nah biasanya, setiap orang punya kebiasaan tersendiri dalam menghabiskan masa liburan pasca ujian. Nonton, baca novel, silaturahmi ke rumah teman, atau travelling. Semua itu demi mewujudkan satu kata, 'refreshing' alias penyegaran otak yang sekian lama terpaku dengan huruf-huruf gundul dan dipaksa bekerja lebih banyak dari sebelumnya. 

Actually, Gaes! yang tau hal apa yang bisa menyegarkan otak adalah kita sendiri. Ada yang biasa menghilangkan suntuk dengan main game, ada yang nonton, shopping atau jalan ke mall ( meski gak beli apa-apa), nongkrong barang teman-teman, nonton movie, baca buku, dan lain-lain. 

Meski banyak yang memilih untuk travelling ke tempat-tempat wisata atau tempat bersejarah di Mesir, misal mendaki bukit Sinai sambil menanti salju musim dingin, ke pantai hurgada (liat lautnya aja, jangan nyebur kalau gak mau beku di air!), ke Luxor, Siwa, Alexandria, de el el yang katanya bisa menyegarkan jiwa dan pikiran selepas ujian, saya pribadi sih lebih memilih tidak memilih semua pilihan itu. -_-
 Refresh atau penyegaran otak tidak melulu harus jalan-jalan kan? Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk membuat tubuh dan pikiran kita relax dan gratis. contohnya?

 Contoh membaca.
Buku bacaan itu wisata paling luas dan gratis di seluruh dunia, loh! Dengan buku bacaan kita bisa menjelajahi dunia tanpa harus buang tenaga dan materi, Tentu saja jangan pilih buku bacaan yang memberatkan kerja otak. Pilih yang ringan-ringan saja, atau baca novel sarat pengetahuan seperti novel yang kini sedang antri jadi bahan bacaan yaitu Ayat-Ayat Cinta 2 karya senior kita Kang Abik. 

Contoh lain? Hmm, kalau saya sih, Gaes..
Penyegaran otak itu cukup sehari saja, dengan memperbanyak tidur, makan dan nonton. :v
Then, esok harinya sudah kembali ke dunia nyata. Kembali ke rutinitas sebelum ujian.

Entah kenapa, komputer, tumpukan kertas di meja, dan jendela berlubang di ruangan persegi -tempat saya bekerja- adalah hiburan tersendiri bagi saya. Hal itu lebih menghibur daripada percapakan me****h yang kerap menghantui! -_-. 

Well, intinya semua itu kembali ke diri kita. Kita tau apa yang baik untuk dilakukan, apa yang baik dikerjakan dan apa yang baik dijalani untuk menghabiskan masa liburan. Bukan yang paling tau loh, karena yang paling tau kebaikan untuk kita adalah Allah Swt :)

Lagi, kita tau di Masisir ini ada puluhan kegiatan yang sudah menanti dikerjakan. Pastinya diantara kamu dan kamu-kamu semua sudah punya segudang kegiatan nangkring di kalender harian. Jadi, bagi yang belum punya saldo yang cukup untuk travelling atau tur wisata, selamat kembali ke rutinitas semula seperti saya! :D 
Tapi bagi yang sudah punya agenda tur , rihlah, jalan-jalan ke tempat-tempat bersejarah di Mesir, Selamat berlibur! Semoga kembali dengan pikiran yang fresh dan siap menghadapi ujian selanjutnya. :)

Itu cara saya menghabiskan liburan, kalau kamu?

Tuesday 12 January 2016

Tarzan versi arab, kisah Hayy bin Yaqdzan karya Ibn Thufail

Membaca kisah Hayy bin Yaqdzan karya Ibn Thufail jadi teringat Tarzan Betawi yang sering saya tonton waktu kecil dulu.

Kisah tentang tumbuh kembang seorang anak laki-laki dibawah asuhan hewan liar di hutan ( dalam bukunya Ibn Thufail disebutkan seorang rusa )
*kisah ini juga fiktif belaka, so jangan mempertanyakan hutan arab mana yg Hayy tempati. :)

Seorang anak manusia yang mencari tahu tentang dunia tanpa arahan manusia lain. Memperhatikan, mengamati, dan membuat kesimpulan pribadi terhadap apa yang dia lihat dari hewan, tumbuhan, alam sekitar dan dirinya sendiri.

Terlebih saat induk asuhnya -sang rusa- mati tak bergerak. Rasa ingin tahunya bergejolak. Mengapa induknya diam tak bergerak? Lalu dia teringat saat dia pernah melukai hewan liar lainnya sampai mati. Apakah tubuh induknya terluka? Apakah ada 'sesuatu' yang masuk dan merusak tubuh induknya sehingga dia tak bergerak? Jika 'sesuatu' itu dia ambil, bisakah induknya kembali sedia kala?

Pertanyaan terus bermunculan sampai akhirnya mengantarkannya pada pencarian Tuhan. Bahwa ada sesuatu Maha Besar yang menggerakkan alam ini, menghidupkan dan mematikan, dsb.

Buku ini mengantarkan kita pada perjalanan sufi dengan polesan kisah yang menarik. Direkomendasikan untuk dibaca.

Ohya, bedanya dengan Tarzan Betawi, Hayy bin Yaqdzan tidak punya kekuatan super dan tidak berbicara dengan bahasa "Auuwoo" :D


*Barusaja kembali dari ujian dengan salah satu soalnya tentang kisah ini. :)

Friday 8 January 2016

3 Hal yang tidak boleh kamu lupa selama ujian di Univ. Azhar Cairo

Seorang teman pernah bertanya, "Jika kamu selalu menjadi yang terakhir ketika keluar ruangan ujian, lalu apa yang kamu lakukan selama 2 jam (tahun sebelumnya masih berlaku durasi ujian selama 3 jam) disana?"

Sebelumnya perlu diketahui, tulisan ini mungkin saja hanya bisa dimengerti oleh mereka yang pernah atau masih sedang meniti pendidikannya di salah satu Universitas Islam tertua di dunia ini, yaitu Al Azhar Cairo. Bagi yang belum pernah merasakan hawa 'karantina' dan 'kursi panas' ujian di Azhar, barangkali ini bisa menjadi gambaran umum, bahwa ujian di Al Azhar benar-benar Subhanallah! Penuh hawa mistis, yang mana IQ manusia bukan menjadi faktor utama kelulusan, tapi kelulusan sangat bergantung pada usaha, doa dan juga ibadah.
Jadi tak heran, sebulan menjelang ujian, para thullab ( pelajar ) Azhar merayakan 'lebaran ujian' dengan saling berma'afan dan meningkatkan ibadah mereka. Jurus terakhir yang mereka keluarkan setelah berakhir masa ujian adalah dengan berbondong-bondong update status di medsos dan melangitkan satu kata ajaib, yaitu TAWAKKAL. 

Kembali pada pertanyaan di atas, tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan tersebut dari sudut pandang penulis. Sangat memungkinkan akan berbeda dengan apa yang dilakukan teman-teman yang lain saat menghabiskan durasi waktu ujian. So, bagi kamu yang biasa menggunakan setengah jatah durasi ujian yang diberi, ada 3 hal yang tidak boleh kamu lupa dan bisa kamu lakukan untuk memaksimalkan jawaban ujianmu. 


  1. Jangan lupa membawa jam tangan/jam weker. 
Sebelum masuk kelas, jangan lupa untuk membawa jam tangan kesayangan atau jam weker ke dalam ruangan ujian. Wah, untuk apa? Yang jelas bukan untuk jualan jam atau pindah lapak tidur terus masang jam weker di sana. :v
Jam yang biasa menemani ujian saya :D
Yup, jam tersebut untuk mengatur alokasi kamu dalam menjawab soal. Berapa banyak soal yang diberi akan berbeda di setiap diktat kuliah. Kamu  bisa mengenalinya dari penjelasan dosen atau mempelajarinya dari contoh soal tahun-tahun sebelumnya. Hmm, contohnya?

Misal kamu diberi 2 soal induk (biasanya soal Al Azhar beranak cucu :D ) , dari induk tersebut lahir masing-masingnya 3 soal (keseluruhan ada 6 soal). Setiap soal kamu beri jatah 15 menit menjawab, atau 20 menit bagi soal yang kamu kira butuh jawaban lebih banyak. Dari 6 soal, kamu akan menghabiskan sekitar 90-100 menit, atau sejam 40 menit. 
Nah, sisa waktu kurang lebih 20 menit bisa kamu gunakan untuk mengoreksi dan merapikan lembar jawaban kamu. 

Perlu diingat, alokasi waktu untuk tiap diktat berbeda tergantung tingkat kemudahan dan kesulitannya. So, silahkan alokasikan sendiri ya! ( Terkadang di beberapa diktat, saya menghabiskan dua jam full tanpa ada jatah mengoreksi kembali. Bahkan pernah sampai kehabisan waktu saking sulitnya! XD )

    2.  Jangan lupa membawa alat tulis yang lengkap.

Lengkap? Emang apa aja yang kita butuhkan untuk ujian? 
Kalau saya, biasanya saya bawa pena biru, hitam dan merah, penggaris, dan tip x. Mungkin pada heran 3 buah pena yang berbeda itu untuk apa?  :v
Hmm well, saya akan bantu menjelaskan kegunaan masing-masing alat tulis ini secara lebih terperinci. 8)

Penggaris : Penggaris sangat penting dibawa ketika ujian, Gaes! Jangan sampai ujian kamu, kamu malah sibuk mencari pinjaman penggaris ke orang lain karena akan sangat mengganggu konsentrasi sekitar. Penggaris ini digunakan untuk membuat garis tepi di lembar ujian kamu. Biar terlihat lebih rapi. Ukuran lebar garis tepinya sesuai selera aja ya, asal jangan sampai lebar kedua garis tepi lebih besar daripada jatah untuk jawabannya! :v

Pena Biru ; pena biru biasanya dipakai untuk menulis jawaban ujiannya. Konon, katanya Al Azhar lebih suka jawaban dengan pena biru. Wallahu'alam benar tidaknya, yang jelas selama 4 tahun ujian saya selalu pakai pena biru. :D

Pena Hitam : Bingung ya? sudah ada pena biru trus yang hitam untuk apa? XD 
Yup, pena hitam saya gunakan untuk menggaris bawahi poin-poin penting di lembar jawaban. Contoh ; biasanya ada soal 'sebutkan dan jelaskan', Nah, poin-poin inti yang disebutkan digaris bawahi dengan pena hitam. Untuk penjelasannya, biarkan saja apa adanya. :D
Termasuk juga menggaris bawahi kalimat pembuka ( jangan lupa untuk selalu menyertakan kalimat pembuka berupa basmallah, tahmid, shalawat dan doa ringkas sebelum menjawab soal ). 
Dan kegunaan terakhir adalah untuk menulis keterangan jawaban, Cth ; الإجابة الأولى ( al ijabah al ula ) atau 'Jawaban Pertama' dan seterusnya bisa pakai pena hitam dan di garis bawahi. Ini bisa membantu pengoreksi ujian kita agar lebih mudah membaca jawaban kita. 

Pena Merah ; Jangan pernah menjawab soal ujian dengan pena merah ya, sangat tidak sopan. Bisa jadi malah tidak  mendapat nilai sama sekali. XD
Pena merah memikili kegunaan khusus yang jarang digunakan orang lain saat ujian. Nah, kegunaan pena merah adalah untuk memberi harakat setiap dalil yang kamu sertakan, baik dalil Al Qur'an ataupun Hadits. Sesederhana itu? Yup. Cukup sederhana tapi akan terlihat sangat rapi dilembar jawaban kamu. 
Al Azhar sangat menghargai jawaban yang menyertakan banyak dalil penunjangnya, biasanya itu bisa menambah poin nilai kita. Nah, ketika dalilnya kita beri harakat dengan pena merah, akan memudahkan pengoreksi untuk menemukan dalil mana saja yang kita ajukan. Setiap dalil juga bisa digaris bawahi dengan pena hitam untuk lebih menekankan lagi. Nah, nambah lagi kan kegunaan pena hitam untuk memperindah lembar jawabanmu? :D
Cat : jangan lupa pena merah untuk harakat saja. atau bisa pakai pena hitam juga kalau kebetulan tidak bawa pena merah. 

Tip x ; yang terakhir tip x atau apa deh istilah bakunya? :D whatever istilahnya itu, kegunaannya sudah jelas untuk menghapus kalimat yang salah di lembar jawaban kamu. 

Well. dari semua kegunaan alat tulis ini bisa membantu kamu untuk memaksimalkan durasi waktu ujian yang disediakan. Contoh membuat garis tepi bisa kamu lakukan di menit pertama, dan menggaris bawahi inti jawaban, keterangan jawaban, dan memberi harakat dalil bisa kamu lakukan di menit terakhir. 
Yang paling penting, alokasi waktu kamu jelas, dan jangan tergesa-gesa. :)
Kalau memang waktu habis sebelum memberi garis atau mengharakati, keluarkan saja jurus terakhir ya, yaitu TAWAKKAL! XD

    3. Jangan lupa untuk membuat mindset 'Lebih baik menghabiskan 2 jam penuh, daripada mengulang setahun'.

Taukah Anda? yang mempengaruhi sebagian tindakan kita adalah mindset kita dalam memandang sesuatu. Untuk kasus ujian ini, bagaimana kita memandang jatah durasi ujian yang telah diberi. Apakah akan kita gunakan ala kadarnya, ataukah kita maksimalkan sebaik mungkin?
2 jam durasi ujian mungkin akan menjadi waktu yang sangat singkat bagi sebagian orang dan sangat panjang bagi yang lain. Bagi kamu yang merasa bingung menghabiskan 2 jam durasi ujian ( biasanya sejam pertama sudah selesai menjawab semua soal ) ingatlah, jangan tergesa-gesa! Karena kamu hanya memiliki jatah 2 jam ujian sekali seumur hidup di tahun, bulan, tanggal, jam dan menit tersebut.
So, manfaatkan baik-baik. Kamu bisa memanfaatkan dengan mengatur alokasi waktu sebaik mungkin atau dengan merapikan lembar jawaban kamu seperti yang sudah kita jabarkan di poin pertama dan kedua. 

Dari 3 poin diatas, sudah kebayangkan bagaimana saya menghabiskan waktu ujian dan selalu menjadi yang terakhir keluar ruangan? XD
Cara ini bisa kamu terapkan untuk ujianmu nanti, atau kalau kamu merasa kurang sreg  bisa kamu kembangkan sesukamu. Alhamdulillah, cara diatas saya terapkan selama kurang lebih 5x ujian di Azhar ( dari tingkat 2 akhir sampai lulus ) dan nilai saya lumayan baik. :D
Jangan dikira yang keluar terakhir adalah mereka yang kalah, terkadang yang terakhir itu justru yang menjadi pemenang. 8)
Yang paling penting adalah, usaha, doa, dan tawakkal. Karena kesuksesan bukan untuk mereka yang memiliki IQ dan IPK yang tinggi. Tapi bagi mereka yang bisa memaksimalkan usaha dan kemampuannya sebaik mungkin, lalu melangitkan doa setinggi-tingginya! :)

Ma'an najah ya! Mohon maaf jika da kata yang salah. Semoga kita semua diberi kenajahan yang memuaskan! Amin
see you!

*Penulis adalah mahasiswi Al Azhar jurusan Ushuluddin fakultas Hadits yang sekarang juga sedang menempuh ujian pascasarjana di univ lain, mohon doanya ya! :)