Pages

Monday 30 June 2014

Sejarah Ringkas Syi’ah

Secara garis besar Syi’ah dipersatukan satu doktrin, meyakini ada imam setelah Nabi wafat dan imam itu diwarisi oleh keturunan Rasulullah yaitu anak-anak Fatimah binti Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib. Ketika Persia ditaklukkan, di antara tawanan terdapat tiga putri Khusro. Salah seorangnya dinikahkan dengan Husain bin Abi Thalib. Pernikahan itu menghasilkan Ali Zainal Abidin. Rakyat Persia menemukan kembali harga dirinya sebagai bangsa yang besar. Darah kenabian dan darah kekaisaran Persia mengalir pada keturunan Husain. Itu sebabnya Syi’ah lebih memuliakan keturunan Husain daripada Ahli Bait yang lain.
Akan tetapi, hal itu tidaklah mutlak. Ada pengecualian bagi Syi’ah Zaidiyah. Mereka juga mengangkat imam dari keturunan Hasan bin Abi Thalib. Zaidiyah bahkan dikenal lebih dekat dan lebih moderat terhadap Kaum Syafi’i dan Hanafi, tapi tak lepas dari unsur Fiqh Ja’fary. Secara akidah, Syi’ah Zaidiyah mirip dengan Mu’tazilah meski tetap saja berbeda.
Di antara tiga kelompok besar Syi’ah yaitu Syi’ah Imamiyah (Itsna Asyariyah), Syi’ah Ismailiyah dan Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Imamiyah memiliki jumlah terbanyak, selanjutnya Syi’ah Ismailiyah kemudian diikuti Syi’ah Zaidiyah. Perbedaan mendasar mereka ditengarai oleh pengangkatan imam. Adapun urutan imam tersebut adalah :
Pertama       : Ali bin Abi Thalib (600-661)
Kedua          : Hasan bin Ali ( 625-669 )
Ketiga         : Husain bin Ali ( 626-680 )
Keempat      : Ali bin Husain ( 658-713 )
Kelima          : Muhammad bin Ali ( 676-743 )
Keenam        : Ja’far bin Muhammad ( 703-765 )
Ketujuh        : Musa bin Ja’far ( 745-799 )
Kedelapan    : Ali bin Musa ( 765-818 )
Kesembilan   : Muhammad bin Ali ( 810-835 )
Kesepuluh    : Ali bin Muhammad ( 827-868 )
Kesebelas    : Hasan bin Ali ( 846-874 )
Kedua belas  : Muhammad bin Hasan ( 868-? )
Syi’ah Imamiyah meyakini pada kedua belas imam. Adapun imam terakhir lenyap tanpa ketahuan rimbanya. Konon imam itu akan kembali lagi sebagai al–Mahdi. Sedangkan Syi’ah Ismailiyah bersitegang pada pengangkatan Ismail sebagai imam ketujuh yang sah. Ismail telah ditunjuk sebagai pengganti ayahnya Ja’far bin Muhammad. Sayangnya, Ismail lebih dahulu wafat daripada ayahnya.
Dengan wafatnya Ismail, Syi’ah Imamiyah lantas memindahkan kursi kekhalifahan kepada saudaranya Musa bin Ja’far. Akan tetapi Syi’ah Ismailiyah tidak mau mengakuinya dengan dalih pangkat seorang imam tidak bisa dipindahkan begitu saja pada saudaranya. Imam tetap harus diwarisi dari ayah ke anak lelaki tertua. Oleh karena itu, Syi’ah Ismailiyah lebih memilih mengangkat keturunan Ismail sebagai imam mereka selanjutnya. Mereka sangat teguh dalam prinsip imam diwarisi dari ayah ke anak lelaki tertua. Selain sebutan Ismailiyah, mereka juga dikenal sebagai Syi’ah Sab’iyah atau Syi’ah yang percaya pada tujuh imam.
Dari segi kedaulatan dan kekuasaan Syi’ah Ismailiyah adalah yang paling berjaya. Syi’ah yang lain memang pernah berkuasa, tapi itu didapatkan dengan mendomplang dan bukan berdiri sendiri. Sedang Syi’ah Ismailiyah berhasil mendirikan dinasti dengan dasar Negara Syi’ah Ismailiyah yang lebih dikenal dengan dinasti Fatimiyah di Mesir. Pada dasarnya, mereka bukan di Mesir. Fatimiyah awalnya berdiri di Afrika Utara, sekitar kawasan Maghrib bagian timur. Abdullah al-Mahdi Billah mengaku punya garis keturunan dengan Rasulullah melalui pasangan Fatimah dan Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin itu, ia berhasil menggalang kekuatan dan menjadi khalifah pertama Fatimiyah tahun 909 M / 297 H. oleh karena itu dikenal dengan dinasti Fatimiyah.
Oleh karena Syi’ah Ismailiyah sangat kukuh soal ahli waris, akibatnya banyak khalifah yang naik tahta pada usia dini. Selama menunggu khalifah dewasa, pemerintahan diwakilkan pada dewan menteri. Dengan kata lain, pada saat itu para menteri lah yang menjadi khalifah dan memiliki kuasa yang besar. Hal itu juga memiliki sisi positif yang menguntungkan khalifah. Di antaranya potensi sengketa peralihan tahta dapat diminimalisir dan tidak ada klaim atau protes pada penunjukan ahli waris. Konflik antar-keluarga kerajaan juga tidak banyak terjadi karena sudah jelas yang hanya boleh menjadi khalifah adalah anak lelaki tertua.
Jalan kehidupan tidak selamanya mulus. Adakalanya lika-liku kehidupan menjadi saksi bahwa hidup tidak berdasarkan kehendak manusia semata. Begitupula yang terjadi pada Syi’ah Ismailiyah. Selama dua abad mereka mempertahankan prinsip ahli waris dalam kekhalifahan, ada saja yang mencoba melenceng dari aturan itu. Secara keseluruhan, ada empat belas khalifah yang mengatur dinasti Fatimiyah. Dan sudah tiga kali terjadi peralihan kuasa tidak pada putra khalifah.
Peristiwa pertama, khalifah keenam al-Hakim bi Amrillah ( 996-1020 ) menunjuk keponakannya Abdurrahim bin Ilyas sebagai pewaris tahta. Usaha ini berhasil digagalkan oleh saudara perempuan khalifah sendiri yaitu Sitt al-Malik. Dia bahkan berhasil mendalangi pembunuhan Abdurrahim bin Ilyas. Tahta selanjutnya dikembalikan pada yang berhak yaitu anak khalifah az-Zahir Li I’zazi Dinillah.
Peristiwa kedua, khalifah kesebelas al-Hafidz Li Dinillah ( 1130-1149 ) naik tahta secara kontroversial karena posisinya sebaga saudara sepupu khalifah. Hal itu kembali terulang oada al-‘Adhid Li Dinillah 9 1160-1171 ) khalifah keempat belas juga sebagai sepupu khalifah sebelumnya.
Peristiwa ini tentu sangat menghebohkan dinasti Fatimiyah. Sejak saat itu Fatimiyah berangsur-angsur melemah. Banyak terjadi perpecahan dan pihak-pihak yang berseberangan. Militer Negara dan keluarga kerajaan sering kali bersitegang.
Pada awalnya, Dinasti Fatimiyah semakin maju dan sangat cepat berkembang. Seluruh Maghrib yang luas itu telah di kuasai, bahkan pada tahun 969 M / 358 H Ismaliyiah berhasil mengalahkan Dinasti Ikhsyidiyah di Mesir. Empat tahun sesudahnya Cairo resmi menjadi ibu kota baru bagi dinasti Fatimiyah. Dinasti ini bertahta hampir dua abad, dari tahun 909-1171. Sampai akhirnya Salahuddin Ayyubi bersama pamannya Asaduddin Syirikuh mengambil alir Mesir. Salahuddin mendirikan dinasti Ayyubiyah. Dia mengubah madzhab negara dari Syi’ah kembali ke Sunni.
Malangnya, kejeniusan Salahuddin tidak diwarisi keturunannya. Dinasti Ayyubiyah tak bertahan lama. Usia dinasti ini bahkan tidak sampai satu abad. Mereka berkuasa dalam kurun waktu 1171-1250 sampai selanjutnya digantikan oleh dinasti Mamalik.
Adapun bagi Syi’ah Zaidiyah, siapa saja yang punya kapasitas mumpuni menjadi imam, dia berhak diangkat menjadi imam. Mereka berbeda dalam urutan imam kelima. Zaidiyah lebih mengakui imam Zaid bin Ali daripada Muhammad bin Ali. Menurut mereka, imam Ali bin Abi Thalib dan Husain bin Ali telah memberi contoh bagaimana seorang imam harus bersikap hingga menjadi syahid.

Sekilas tentang Thaifah Islamiyah…
Sejarah telah mencatat, pada tahun 1256 M panglima perang tentara Mongol Hulagu Khan dengan jutaan bala tentaranya menyerang Thaifah Islamiyah di Iran. Perang yang dimenangkan oleh tentara Mongol setelah mengepung selama berhari-hari ini menjadi catatan keruntuhan Thaifah Islamiyah yang selama dua abad lamanya berkuasa di bumi. Tentara Mongol atau biasa disebut tentara Tartar memang terkenal dengan kebengisannya. Mereka membunuh tanpa ampun. Laki-laki, wanita, tua-muda tanpa mengenal belas kasih mereka musnahkan seluruhnya.
Thaifah Islamiyah di Iran saat itu dikenal sebagai sempalan atau pembelot dari Ismailiyah Fatimiyah. Mereka dikenal luas sebagai Nizariyah. Nizariyah sendiri lahir dari konspirasi para menteri dan pertikaian para menteri yang menyebabkan keruntuhan Fatimiyah. Para menteri tidak hanya menikmati pengaruhnya seumur hidup, namun juga turun temurun. Keturunan para menteri biasanya diangkat juga sebagai menteri. Tak ayal mereka seakan menciptakan dinasti mereka sendiri yang terselubung.
Pada penobatan khalifah kesembilan terjadi sengketa hebat antara pangeran mahkota dan perdana menteri. Nizar, anak tertua yang ditunjuk ayahnya sebagai khalifah tidak diakui oleh Syahansyah, sang menteri. Syahansyah yang memang sejak lama bertikai dengan Nizar lebih memilih Abu Qasim Ahmad, anak bungsu khalifah. Malangnya, sengketa berujung dengan kekalahan pihak Nizar. Syahansyah kemudian menobatkan Abu Qasim Ahmad sebagai khalifah dengan gelar al-Musta’ly. Para pendukung Nizar berontak dan muncullah kelompok Nizariyah.
Sejak saat itu Ismailiyah terbagi pada Nizariyah dan Musta’liyah. Nizariyah mengambil markas besarnya di Benteng Alamut. Adapun Musta’liyah tetap di Cairo, Mesir. Dendam kesumat dalam diri kaum Nizariyah terhadap Fatimiyah tumbuh subur. Mereka memiliki gerakan mata-mata yang sangat ulung. Banyak korban pembunuhan para pembesar akibat ulah mereka. Puncaknya ketika pasukan rahasia Nizariyah berhasil membunuh khalifah kesepuluh Dinasti Fatimiyah, al-Amir bi Ahkamillah ( 1130 ).
Berawal dari pemberontakan atas khalifah Fatimiyah, Nizariyah akhirnya menjadi sekte yang memiliki pasukan pembunuh bayaran yang terlatih. Mereka siap membunuh diri jika ketahuan. Bahkan tidak takut membunuh korban di depan umum. Di pasar atau di masjid sekalipun. Senjata mereka yang paling terkenal adalah sebilah golok kecil.
Sekte ini berdiri cukup lama. Sejak tahun 1090 hingga 1256. Sudah banyak yang menjadi korban kebrutalan mereka, di antaranya : Nizam al-Mulk ( 1092 ), Perdana Menteri terkenal Dinasti Saljuk. Perdana Menteri Fatimiyah, al-Afdhal Syahansyah ( 1122 ), para penguasa Salibin, Raymon II penguasa Tripoli ( 1152 ) dan Conrad of Montferrat ( 1192 ).
Dengan kekalahan yang menimpa Nizariyah atau Thaifah Islamiyah di Iran, sekte kejam ini musnah dari permukaan bumi.

Wallahu a’lam bish-shawab. 

Sunday 29 June 2014

Buatkan Aku Cerita, Mah!

"buatkan aku cerita Mah" itu pintamu, sore itu.
maaf sayaang.. bukan aku enggan
aku hanya tak ingin memenuhi pintamu yg ini
membuat-buat cerita tentangmu, tentang kita

karena kisah kita nyata. bukan rekayasa
bukan pula sengaja di buat-buat agar laku jual
atau agar orang lain memuji kisah kita yg sekali lagi, di buat-buat.
ini kisah kita! nyata terjadi sore tadi!

"kamu mau es krim rasa apa?"
"chocolate-vanilla aja, kamu?"
"yg itu aja"
-aku lupa apa namanya, seingat lidahku es krim milikmu rasa capuccino di taburi sedikit kacang-
aku tau, aku tidak terlalu suka dg es krim. kamu pun tau itu, tp karena itu mau mu. aku ikut saja. kapan lagi? pikirku.
walaupun kita membeli es krimnya dua, tapi tetap saja aku hanya mencicipinya sedikit. aku tau kamu penggila es krim, dg ikhlas aku serahkan saja sisa es krimku utk kamu habiskan.
kamu tau? lucu juga melihat ekspresi lahapmu menghabiskan eskrim. ( eh, tapi aku lupa kapan kamu menghabiskan es krim keduamu. seingatku, tiba-tiba saja sudah habis )

Sore itu, kita habiskan waktu mengelilingi mall yg hanya berlantai empat. tidak terlalu besar, tapi cukup utk kita berdua menghabiskan waktu bersama.
kamu sudah terlalu sibuk dg duniamu, begitu pula aku. waktu seperti ini memang sangat langka. yah di manapun, asal kita bisa tertawa bersama.

Ohya, ini aku hadiahkan satu oleh-oleh menarik dari perjalanan kita sore ini. Foto ini. kamu ingatkan?
kamu bilang, kamu terlalu tegang memegang pistol itu. padahal itu cuma mainan. jujur aku ingin tertawa lepas, tapi takut kamu ngambek.

"aku puas dg permainan sore ini!"
"ah masa? yg penting udah tau kan seberapa cool-nya aku mengalahkan musuh2ku?"
aku membuat suaraku sedikit agak menggoda.
"iya, tapi di permainan kedua aku tetap yg bertahan lebih lama. karena aku sudah mulai bisa rilex menahan pistol-pistolan itu"
sanggahmu tertawa renyah.

Bahagiaku sore ini bisa berbagi kebahagiaan bersama.
walau di antara kita, pastilah menyimpan sepotong kisah kehidupan yg suram.
ini kisah kita. bukan rekaya, atau sengaja di buat-buat.
biar mereka cemburu. biar mereka iri melihat kita.
kapan-kapan kita pergi lagi yah? agar aku bisa menulis kisah yg baru bersamamu.

:)

dari sahabatmu. 
Kairo, 26 Juni 2014