Pages

Tuesday 6 June 2017

Menjadi Mahasiswa Tingkat Akhir di Al Azhar Cairo


Kampus Putri Al Azhar Cairo
Besok hari terakhir saya ujian. Kalau dihitung-hitung, ini ujian putaran ke-12 yang saya lalui selama di Mesir. Kalau dihitung semesternya, ada sekitar 12 semester juga. Kalau setahun ada 2 semester,  berarti ini masuk tahun ke 6. Dan kalau ditinjau dari sisi Strata yg dilalui, alhamdulillah ini masuk Strata 2 perjalanan saya menjadi mahasiswi di Cairo. Diantara semua semester yg saya lalui, semester 7-8 adalah yang paling berkenang. 

Sebut saja saat itu saya adalah mahasiswi tingkat akhir. Menjadi MTA (Mahasiswi Tingkat Akhir) itu ribet-tidak mudah-menantang-banyak cobaan. Jangan bayangkan kami (mahasiswa Al Azhar Cairo) harus puasa, begadang atau sampai berkele untuk menyelesaikan skripsi dari pihak kampus. FYI nih ya, tahun akhir kami gak pake skripsi. Ya ujian seperti biasa, tapi ya gitu, rasanya sama seperti makan mangga muda kecut dan asam dikasih petis Madura pake 10 cabe rawit. Uch. 

Trus enak dong ya gak pake skripsi? Gak juga,  Bro. Ujian kami, lebih mengerikan dari misteri si Manis dari Jembatan Ancol. Kalau di Mesir, mungkin shootingnya di Jembatan 6 oktober. Tapi ya sudah lah, saya akan cerita pengalaman saya saja. 

Ya, saat itu saya jadi MTA di Al Azhar. Sbg seorang MTA,  profesi saya lainnya adl sbg aktivis mahasiswa, staff honorer di Kedutaan, dan kakak/adik bagi keluarga di sini. Wow padat banget dong? Hm, gak bisa saya jelaskan rasanya, Guys. 

Karena selain ga ada skripsi, Al Azhar juga sangat jauh dari absensi kehadiran. Kalau mau hadir kelas silahkan, gak juga gak dicari. Enak? Gak, Guys! Justru disitu letak cobaannya. Kita diuji apakah benar benar mau berjuang mjd mahasiswa sejati, atau hanya sekedar hadir ujian, lulus kemudian pergi.

Dg segala kesibukan dan profesi yg saya pegang saat itu, sy komitmen untuk ga bolos kuliah. Pagi kuliah, siang dari jam 2 ngantor sampe jam 6 dan kadang habis maghrib sampe jam 9 ada rapat / agenda mahasiswa.

Biasanya, sebulan sebelum ujian saya akan off semua agenda. Sudah mulai fokus baca diktat kuliah dan bimbingan belajar sama temen sekelas (kadang adik kelas) dari berbagai negara, Indonesia, Thailand, Brunei, Singapore dan Malaysia.

Hanya saja, masa MTA saya memang beda. Persiapan ujian juga beda. 
Saat itu, tiba tiba pihak kampus mengumumkan jadwal ujian yang dimajukan dari biasanya. Gak cuma kita, para dosenpun keliatan gak siapnya. Nampak dari penjelasan di kelas yg terkesan diburu waktu. Belum lagi sebagian diktat yang belum dibagi. Jadi apa yang mau dibaca?

Sekali, setia kawan kita diuji. Dalam keadaan genting begitu, semua orang berharap bisa belajar bersama. Mendadak notif hape jadi penuh. Status ujian yg dimajukan bertebaran di beranda Sosmed. Saya pun ga kalah heboh, langsung ambil cuti kerja dan atur strategi baca. 

Setiap harinya, teman teman saya datang ke rumah. Kita belajar bersama, sharing dan mencoba bahagia dg kenyataan yang ada. Dan jujur, itu momen momen yang sangat indah selama saya menjadi santri di Universitas Al Azhar Cairo. Sampai kami wisuda bersama, saya banyak mengambil pelajaran dari pengalaman sy selama mjd MTA. 

Bahwa menjadi Azhari tidak akan versus dg organisasi. Asal tahu prioritas dan piawai manajemen waktu yang rapi.

Menjadi Azhari bukan tentang diri sendiri. Bukan tentang yang penting ujian kemudian pergi. Atau tentang IQ tinggi dan yakin akan lulus sendiri. 

Menjadi Azhari adalah tentang sebuah kesungguhan, ketekunan dan pengorbanan. 

Nah, sekarang giliran kamu. Kapan mau jadi Azhari di sini?

1 comments:

Miftah Wibowo said...

Wkwkwkw Ujian kami lebih menakutkan dari misteri si manis jembatan Ancol atau Kubri 6 Oktober?

Anyway, Semangat selalu Bocah Embara untuk berbagi pengalaman.

Jangan lupa mampir ke miftahunanote.blogspot.com

Post a Comment