Pages

Tuesday 12 May 2015

Menjadi Jendela Dunia bagi Buah Hati

Kita sudah sering menjumpai artikel-artikel yang berisi tentang keistimewaan seorang wanita. Bagaimana dia diciptakan dan bagaimana Allah Swt memberikan kelebihan serta kekurangan pada wanita yang tidak dimiliki kaum pria. Seperti halnya menjadi seorang ibu. Sebuah profesi yang tidak akan pernah bisa digantikan oleh laki-laki manapun dan dengan cara apapun.

Ketika Rasulullah Saw ditanya oleh seorang sahabat tentang siapa yang harus dia patuhi pertama kali, beliau menjawab ‘ibumu’. Suri teladan umat islam itu mengulang kata ‘ibumu’ sebanyak tiga kali, kemudian barulah menjawab ‘ayahmu’. Mengapa? Imam Qurthubi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa makna dari hadits di atas adalah kecintaan kita terhadap ibu haruslah tiga kali lebih besar daripada cinta kepada ayah.

Begitupula realitas yang disuguhkan di hadapan kita tentang perjuangan seorang ibu. Perjuangan ketika hamil, perjuangan melahirkan, dan perjuangan merawat serta mendidik seorang anak hingga dia bisa membedakan mana yang baik dan buruk hanya dialami oleh seorang ibu. Wajar saja jika Rasulullah Saw menekankan pada umatnya agar lebih berbakti pada seorang ibu daripada ayah.

Akan tetapi, menjadi seorang ibu yang berhak diberi penghormatan seperti sabda Nabi Saw tersebut tidaklah instan. Salah satu faktor utama yang dapat membentuk karakter ibu yang dijamin surga atasnya adalah pendidikan.

Edgar Dalle mengemukakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk masa akan datang.

John Dewey (1978) menyebutkan education is all one with growing, it has no end beyond itself. Pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan, pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir di balik dirinya.

Begitu pentingnya sebuah pendidikan bagi seorang wanita, baik itu pendidikan agama ataupun pendidikan umum sehingga seorang wanita dituntut untuk memiliki ilmu dan bekal yang cukup sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Karena dari pengetahuan itulah akan memberi pengaruh yang besar terhadap karakter yang terwujud ketika dia menjadi seorang ibu.

Terlebih ketika dihadapkan dengan problematika jaman sekarang bahwa masih banyak yang beranggapan pendidikan tidaklah penting terutama bagi kalangan wanita. Bahkan ada saja yang menelan mentah-mentah keyakinan wanita tidak perlu sekolah tinggi, cukup mengetahui cara mengurus keluarga dan membesarkan bayi yang keluar dari rahimnya.

Sosok ibu yang ideal dalam sebuah rumah tangga tidak cukup dengan memiliki keterampilan memasak dan membersihkan rumah. Ideal memiliki kaitan erat dengan keseimbangan. Yaitu mampu menyeimbangkan segala sesuatu sehingga dapat memberi energi positif pada orang-orang disekitarnya. Keseimbangan itu tidak akan dapat diperoleh kecuali dengan ilmu dan pendidikan.

Ketika kita mengatakan, bahwa salah satu faktor utama membentuk karakter ibu yang ideal adalah pendidikan, akan timbul pertanyaan mengapa bukan agama? Berikut ini beberapa hal yang menegaskan pentingnya pendidikan bagi wanita muslimah, yaitu :

Pertama : Kita tidak menafikan urgensi agama dalam diri seorang wanita. Bahkan Rasulullah Saw memerintahkan para lelaki untuk memilih wanita dari agamanya agar mereka selamat. Akan tetapi agama tanpa pendidikan sama seperti malam tanpa rembulan atau judul buku tanpa coretan isi di dalamnya. Tentu saja akan terasa hampa.

Pendidikan tentang agama juga sangat penting dalam membentuk akhlak seorang wanita. Permasalahan yang banyak timbul saat ini, seperti islam KTP atau bahkan para wanita yang mengaku beragama islam tapi tega membunuh anaknya hanya karena merasa tidak sanggup menjaga dan merawat darah dagingnya sendiri adalah satu satu akibat dari kurangnya ilmu dalam diri mereka. Sampai di sini, masih mau berpikir pendidikan tidak lebih penting dari agama?

Kedua : Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap umat islam. Akan berdosa seseorang jika meninggalkan sebuah kewajiban dengan sengaja. Oleh karenanya, perintah dari Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw pada saat wahyu pertama kali turun adalah membaca. Allah Swt berfirman dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-4 :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaan kalam (pena)”
Ketiga : Seorang wanita berhak mendapat pendidikan yang tinggi. Hak pendidikan seorang wanita sama besar dengan laki-laki tanpa berat sebelah. Rasulullah Saw bersabda : “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. Para ulama sepakat bahwa hadits ini mencakup hukum bagi laki-laki dan perempuan.
Syeikh Albahii Alkhaulii dalam kitabnya al-Islam wa al-Mar’ah al-Mu’ashirah menjelaskan bahwa ilmu yang wajib dipelajari pertama kali oleh seorang wanita adalah pendidikan tentang akhlak dan adab dengan akidah yang benar serta mempelajari tentang agama islam sesuai tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah sehingga dia dapat menerapkan syari’at islam dalam kehidupannya.

Seorang ibu juga dituntut mampu menanamkan nilai-nilai agama islam kepada anak-anaknya sejak mereka masih balita. Pengetahuan tentang siapa tuhan mereka, mengenalkan rukun iman dan rukun islam serta mengajarkan kewajiban-kewajiban seperti shalat, zakat dan puasa hendaknya sudah dikenalkan sejak dini.

Selain itu, perlu diperhatikan cara berkomunikasi dengan anak-anak. Penyampaian yang salah akan berakibat fatal. Misalnya, ketika kita mengenalkan keberadaan Allah Swt, bahwa Dia adalah Tuhan Semesta Alam. Allah Swt lah yang menciptakan manusia dan seluruh isi bumi. Imajinasi seorang anak akan membayangkan sesuatu yang sangat besar. Dan akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain dari akalnya untuk melengkapi imajinasinya itu. Jika seorang ibu tidak memiliki ilmu yang cukup, dan menjawab permasalahan dasar tentang agama dengan sembrono. Maka bisa berakibat seorang anak malah  tidak percaya dengan kebenaraan Allah Swt. Na’udzubillahi mindzalik!

Keempat : Ibu adalah sekolah pertama bagi seorang anak. Dialah figur seorang guru yang akan mengajarkan banyak hal untuk buah hatinya sejak pertama kali dia lahir ke dunia. Bayangkan saja, jika seorang wanita hanya mengetahui cara memasak dan membersihkan rumah. Atau seorang wanita yang hanya tahu cara menikah tanpa mengetahui hak dan kewajibannya, niscaya bahtera rumah tangganya tidak akan bertahan lama.
Begitupula yang disampaikan oleh Ustadzah Iin Suryaningsih, mahasiswi program doctoral jurusan Filologi di Universitas el-Dual el-Arabiyyah Alecso, Kairo bahwa ibu adalah jendela dunia pertama bagi seorang anak. Saat seorang anak belum bersentuhan dengan banyaknya ragam ilmu di luar sana, maka ibu menjadi petunjuk utama dalam hidupnya. Oleh karenanya, mencerdaskan seorang wanita adalah langkah awal untuk mencerdaskan generasi selanjutnya.

Kalau sudah demikian, apakah kita masih beranggapan bahwa menjadi seorang ibu cukup dengan kadar biasa-biasa saja? Atau kita butuh seorang ibu yang cerdas dan sholehah agar generasi yang lahir dari rahimnya dapat membentuk pribadi yang cerdas dan sholehah sejak dini?
Wallahu a’lam bi ash-shawab.