Pages

Wednesday 10 June 2015

Gula Garam Sahabat

Gula-Garam-Sahabat. Salah satu pembicaraan yang tidak pernah bertemu ujungnya itu adalah persahabatan. Banyak orang yang bilang, persahabatan itu lebih dari sekedar berteman. Teman itu belum tentu sahabat, tapi sahabat sudah pasti ia teman. Saya setuju, dunia ini tidak melulu diisi oleh cinta. Permasalahan lain yang kerap melanda anak remaja juga terjadi dalam hal persahabatan. Bahkan terkadang, sahabat dan cinta memiliki hubungan yang kuat, sahabat yang saling mencinta misalnya. 

Pernah ada seorang yang bercerita tentang kisah persahabatannya semasa dia sekolah dulu. Seorang sahabat yang katanya selalu ada disaat dia butuh. Suka dan duka, sedih dan bahagia. Terlebih kondisi lingkungannya yang hidup di asrama, makin klop lah kisah persabahatan mereka. Kemana-mana berdua, makin sepiring berdua, ke kelas berdua, belajar berdua, semua serba berdua (Nah, udah nyamain kisah cinta remaja aja kan?)

Ada lagi kisah dari yang lain. Masa sekolahnya dulu dia lalui tanpa seorang sahabat. Dia penyendiri? Tidak. Pendiam? Tidak juga. Lalu? Lalu dia tidak menemukan yang namanya sahabat. Baginya semua orang yang ia temui adalah teman. Dan teman tidak semuanya bisa dipercaya atau dijadikan tempat berbagi terutama untuk hal pribadi. Memang manusiawi, ketika memiliki masalah yang terlalu rumit dihadapi seusianya, lalu muncul rasa ingin berbagi. Namun berbagi itu tidak semudah menabur biji-bijian di hadapan segerembolan burung merpati di alun-alun kota, lalu mereka makan dan bawa terbang ke langit. Ia lebih seperti mengeluarkan biji berduri yang tersangkut di tenggorokan. Sakit? ya sakit.

Sebut saja namanya Siti. Saat dia menuturkan pengalaman pahitnya dalam bersahabat. Seorang yang sudah ia anggap sebagai sahabat. Karena bersamanya lah dia berbagi keluh kesahnya. Bahagianya, air matanya, sampai suatu saat ia menuturkan semua perasaannya di bawah gemerlap hiasan benda langit di malam hari. Tapi siapa sangka? karena rasa percayanya itu yang menjeremuskan dia ke lembah hitam? Masalah datang silih berganti menghampiri Siti akibat ulah seorang yang dia anggap 'sahabatnya' membeberkan semua curhatannya. Lalu bagaimana perasaan Siti? Campur aduk pastinya. Semenjak saat itu, untuk sekian lama Siti tidak pernah mau lagi percaya dengan yang namanya sahabat. 

Lain lagi dengan Ita, dia menghabiskan lebih dari 3 tahun bersahabat dengan dua orang teman yang dia temui di bangku kuliah. Tentu saja sudah banyak kisah manis dan pahit yang mereka jalani bersama. Sampai suatu hari, di penghujung tahun kuliahnya di bangku sarjana, masalah datang bertubi-tubi menghantam Ita. Dari masalah kuliah, keluarga, sampai kondisi jiwa dia yang kehilangan pegangan (kepercayaan diri). Loh, sahabatnya mana? itu menjadi pertanyaan yang sama saat cerita ini dia tuturkan. Entah kemana sahabat yang selama lebih dari 3 tahun dia anggap sahabat itu pergi. Sibuk sendiri, atau mungkin mereka sedang menghadapi masalah mereka masing-masing. Lalu terlupa untuk sekedar menanyakan 'apa masalahmu?' atau sekedar bilang 'ceritalah, aku dengar'. Yang jelas, kejadian ini membuat dia cukup depresi dan meragukan apa itu arti sahabat. 

Masih banyak lagi kisah persahabatan yang tidak bisa disebutkan semua di lembar ini. Lalu kenapa saya hanya menyebutkan satu sisi manis dari persahabatan dan menyebutkan tiga kisah pahitnya? 
Karena dalam persahabatan, kita akan menemukan banyak kisah pahit selama perjalanan menemukan rasa 'saling percaya' terhadap satu sama lain. Kisah pahit ini, ketika tidak bisa diambil hikmah-hikmah indah yang terselip dibaliknya maka selamanya kita tidak akan pernah menemukan sosok sahabat. Ibarat tumis pare, meski ia pahit rasanya, tapi ketika kita tahu kandungan di dalam pare memiliki khasiat untuk mengurangi diabetes atau menangkal sel kanker dan masih banyak lagi khasiat lainnya, maka tumis pare ini akan tetap enak dan nyaman di santap bahkan untuk dihidangkan berkali-kali. 

Begitulah persahabatan, selama kita tidak bisa menemukan hikmah yang ada di balik setiap masalah, disaat itu lah kita tidak akan pernah beranjak dewasa. 
Buat kalian, sahabat-sahabat saya. Terimakasih sudah sabar mengajarkan saya untuk bersabar mengais setiap hikmah dari permasalahan kita :)



2 comments:

Telur Rebus said...
This comment has been removed by the author.
Telur Rebus said...
This comment has been removed by the author.

Post a Comment