Pages

Sunday 18 September 2016

Mari, memanusiakan rasa malas!

Ada beda pada kata malas dan tidak suka. Ketiadaan dua rasa ini dalam kehidupan manusia ibarat sebuah kenistaan. Manusiawi jika saya mengatakan, kita terlahir bersama dua rasa ini. Tentu saja masih banyak rasa lain, seperti rasa manis semburat pelangi usai hujan guntur menyapa langit. Namun kita hanya akan berbincang soal malas dan tidak suka. Dua rasa yang kerap  melanda manusia. Setiap hari. Di seluruh dunia.

Pernah saya ditanya seorang junior, “Bagaimana cara kakak mengatasi rasa malas?”

Untuk sejenak saya mencoba mencerna pertanyaan yang cukup menohok itu. Bagi saya, untuk menjawab pertanyaan tersebut saya butuh menelaah sebuah pertanyaan baru,

“Benarkah saya sudah berhasil menaklukkan malas?”

Namun nampaknya, sang junior menganggap saya sudah berhasil. Lalu saya mencoba memberi jawaban dengan menjelaskan peran malas dalam kehidupan saya.


Seperti yang saya sebutkan di awal. Rasa malas lahir bersama tangisan pertama seorang bayi ke dunia. Namun ia masih terasa samar. Seperti tepung tercampur air, masih bisa kita bentuk besar, kecil, atau malah belum terasa sama sekali. Dalam kehidupan saya, malas saya anggap seperti iman seseorang. Naik turun. Pasang surut. Kadang saya malas dan kadang saya rajin. 

Segala usaha tentu dikerahkan agar bisa kembali memenjarakan rasa malas ini. Dengan mengingat peran orang tua, keluarga, amanah dan tanggung jawab yang dititipkan oleh warga kampung bahkan tidak jarang untuk benar-benar memenjarakannya, butuh yang namanya hijrah (mengungsi ke rumah teman terdekat agar tertular semangat dan rajinnya)

Sekali lagi saya katakan, malas itu manusiawi. Saya memiliki satu prinsip kuat yang saya tanamkan dalam benak saat harus beradu batin dengan malas. 

"Malas itu boleh, asal jangan malas-malasan!"
Artinya? ya, sesekali kita boleh lah memanjakan malas. Beristirahat dari segala aktifitas monoton setiap harinya. Bersantai sejenak. Mengambang bersama ketidakjelasan. Lagi lagi yang perlu diingat adalah, jangan malas-malasan!

Malas adalah suatu sifat alami yang kadang terjadi dalam diri seseorang. Sedang malas-malasan adalah suatu sifat yang dimanjakan, dibiasakan. dilakukan berulang kali dalam rentang waktu yang lama sehingga menjadikannya sebuah kebiasaan. Coba saja tanamkah hal ini dalam benak kita. Setiap kali malas menyapa, sambutlah! Asal jangan malas-malasan! Mungkin ini akan menjadi salah satu cara memanusiakan rasa malas. 




Cat :
Saya akan bercerita soal rasa tidak suka di lembar berikutnya. Karena sebentar lagi, saya ingin memanjakan malas sejenak. Mencoba mempertemukannya dengan yang namanya mimpi.



0 comments:

Post a Comment