Pages

Saturday 7 March 2015

Sepenggal Kisah Mencari Pengalaman Menulis

AKU DAN FLP
Hari itu ulang tahun saya yang ke-21. Semilir hembusan angin pertengahan musim dingin Negeri Kinanah tidak menghalangi langkah kaki saya menjalani rutinitas sehari-hari. Sebagai seorang mahasiswi di salah satu Universitas islam tertua di dunia Al-Azhar Kairo, tentunya saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan belajar saya dengan banyak bermain. Meski kampus saya tidak pernah menerapkan aturan absen untuk ribuan mahasiswinya, saya tetap berkomitmen untuk hadir dalam setiap kelas semaksimal mungkin. Terlebih lagi, ini semester terakhir saya di program sarjana. Jadi saya berusaha semampu saya untuk lulus dengan hasil yang memuaskan. Selain itu, saya mengisi waktu dengan bekerja paruh waktu di Atase Pendidikan KBRI Kairo bagian pendataan dan sedikit berkecimpung di dunia organisasi.
Jadilah hari itu, Ahad 8 Febuari 2015 sepulang kuliah saya langsung menuju kantor Konsuler KBRI Kairo tempat saya bekerja. Kebetulan kantor saya terletak di tengah-tengah pusat kegiatan Masisir ( sebutan untuk Mahasiswa/i Indonesia Mesir ) tepatnya di Hay ‘Asyir, Nasr City Kairo. Saat itu, saya bertemu beberapa anggota FLP ( Forum Lingkar Pena ). Saya tidak tahu siapa nama mereka. Yang saya tahu mereka sedang menyiapkan perlengkapan acara Talk Show Kepenulisan bersama Ustad Irja Nasrullah dan Ustad Dadan Ramadhan, S.Ag seorang penulis dan editor buku anak. Beliau juga Manajer Devisi Anak & Balita DAR! Mizan dan Ustad Irja, mantan ketua FLP Mesir tahun 2012-2013.
Sebenarnya saya sudah mendengar nama FLP Mesir sejak pertama kali saya datang ke sini. Sekitar tahun akhir tahun 2011. Saat itu saya menemukan seleberan berisi informasi tentang FLP Mesir. Karena saat itu saya masih mahasiswi baru di sini, jadi saya abaikan saja. Lagipula, saat itu saya masih tidak memiliki kepercayaan diri dalam menulis khususnya menulis cerita fiksi. Tahun-tahun berikutnya, saya tidak pernah mendengar kabar FLP Mesir lagi. Saya hanya kenal beberapa pentolan-pentolan FLP Mesir yang memang jago dalam dunia kepenulisan. Waktu itu saya juga heran, kenapa FLP tidak mengadakan pelatihan kepenulisan atau perekrutan anggota baru misalnya?
Awal tahun 2014 saya terjun dalam dunia menulis karya fiksi. Niatnya hanya coba-coba saja, ternyata karya pertama saya dalam bentuk cerita pendek ( cerpen ) di bacakan di Radio Republik Indonesia ( RRI ) dalam program Bilik Sastra yang di nakhodai oleh Bunda Pipiet Senja. Dari sana saya semakin optimis mengasah kemampuan saya dalam menulis. Meski saya sempat merasa down ketika menulis karya fiksi berupa cerpen yang kedua kalinya, karena saya merasa aneh. Pengetahuan menulis saya sangat minim. Saya bahkan tidak menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Saya harus mencari wadah yang bisa membantu saya mengasah skill menulis saya. Karena bagi saya, selain bakat menulis juga memerlukan kebiasaan. Artinya terbiasa menulis membantu kita menjadi penulis handal.
Masuk tahun 2015 inilah, saya menemukan selebaran acara Talk Show yang diselenggarakan oleh gabungan organisasi Masisir. Salah satunya FLP Mesir. Mujurnya, acara ini diadakan di Aula Konsuler KBRI Kairo. Satu gedung dengan kantor saya. FLP Mesir membuka pendaftaran gratis bagi siapa saja yang ingin bergabung bersama mereka. Saat itulah awal mula saya bergabung dengan FLP Mesir. Menjadi bagian dari pejuang-pejuang yang selalu semangat berdakwah dengan pena. Saat umur saya beranjak 21 tahun. Saat saya berharap kebaikan dan rahmat Allah Swt selalu memeluk saya. Saat saya merasa, saya bukan lagi gadis kecil manja yang hanya bisa mengekor orang lain dalam setiap hal. Saat itulah saya memutuskan menjadi bagian dari FLP Mesir.
21 Febuari 2015
Menjelang seminggu saya bergabung menjadi anggota FLP, kami diminta untuk menuliskan satu karya terbaru kami dan dikumpulkan untuk dibedah. Waktu itu saya menulis cerpen dengan judul “EBY”. Pertemuan selanjutnya, karya kami akan di ‘bengkel’ oleh teman-teman FLP Mesir baik yang lama ataupun yang baru. Saat itu saya sengaja mengumpulkan cerpen saya diakhir batas pengumpulan. Saya tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup untuk membedah karya sendiri. Entah memang saya sedang tidak beruntung, atau nasib baik tidak memihak saya. Dari sekian karya teman-teman FLP Mesir yang baru, karya saya dijadikan urutan pertama untuk dibedah.  
Saat itulah saya benar-benar mengenal kedahsyatan FLP. Pengetahuan yang luas tentang kepenulisan saya dapatkan hari itu saat karya saya dibantai oleh teman-teman. Ilmu-ilmu yang sebelumnya saya masih buta tentangnya, saya ketahui sedikit demi sedikit bersama FLP. Tentang tanda baca, penggunaan tanda petik, penyesuian majas dan masih banyak lagi. Meski karya saya terbilang jelek dan tidak ada bagusnya menurut saya, tapi saya cukup senang karena menurut komentar salah satu senior FLP Mesir, kemampuan saya mendeskripsikan sesuatu dengan penggunaan majas sangat bagus.
Hari itu benar-benar hari yang menakjubkan. Kepala saya sampai terasa sakit karena terlalu keras berpikir. Perdebatan sengit antara saya dan beberapa anggota FLP lainnya benar-benar membuat saya sadar bahwa ilmu saya tentang dunia kepenulisan sangat jauh dari kata cukup. Sebagai seorang penulis, tuhan dari cerita yang dibuat tentu saya memiliki argumen-argumen untuk membantah setiap koreksi yang dilontarkan teman-teman FLP. Kecuali untuk komentar tentang tata bahasa, saya dengarkan semuanya. Karena memang itulah tujuan saya bergabung bersama FLP. Untuk meneguk habis ilmu tentang kepenulisan. Agar saya bisa menyampaikan dakwah dengan tulisan yang mampu dibaca semua kalangan.
Saya sangat bersyukur bisa mengenal FLP Mesir dan sangat berterimakasih atas segala ilmu yang FLP berikan kepada saya.  Terimakasih telah membangkitkan semangat menulis saya. Semoga Allah Swt. menuliskan kisah pertemuan saya dengan anggota FLP lainnya di seluruh dunia. Agar ukhuwah ini tidak memiliki akhir. Agar tulisan-tulisan dari pena para penulis tak pernah kehabisan tintanya. Berbagi ilmu bersama kalian adalah sebuah momen yang saya impikan. Meski saya tidak bisa seperti yang lain, memiliki ribuan cerita menarik bersama FLP. Pengalaman indah dibalik suka dan duka berjuang di FLP. Tapi saya bangga bisa menjadi bagian dari tubuh FLP saat hari hari jadi saya. Sukses selalu FLP! Selamat Ulang Tahun yang ke-18! Semoga makin jaya! J
 Salam hangat dari Kairo,
Rahmah Rasyidah

 dikirim untuk mengikuti lomba Kisah Inspiratif Aku dan FLP dalam rangka memperingati Milad FLP yang ke-18.

2 comments:

Zatymeela said...

Bagus sekali. Rasanya memiliki hobby yg bisa tertuang dan terasah yang diresume dalam posting ini sampai hati membuat saia haru (you must read: aku iri sekali).
Semoga sukses, Rahmah.

Eryie Alhamidy said...

Terimakasih. Mau dibilang hobby nulis, gak juga. Hanya mncoba terjun dlm dunia lain :)
U know lah, di sekolah dlu sy tdk termasuk deretan penulis di kelas ( ex : Memi dan Ninda ) XD

Post a Comment